Angindai.com – Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa mendorong agar PLTU Batu Bara harus ditinggalkan pada tahun 2045. Langkah ini diperlukan oleh Indonesia untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada tahun 2060 atau bahkan lebih awal.
Berdasarkan perhitungan IESR, Fabby menyatakan bahwa bauran energi di Indonesia perlu mencapai 40-45% untuk mencapai target NZE tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan rencana Dewan Energi Nasional (DEN) yang akan merevisi target bauran energi baru terbarukan (EBT) dari 23,5% menjadi 17-19% pada tahun 2025.
“Yang seharusnya mencapai 40-45% agar sejalan dengan Kesepakatan Paris,” kata Fabby dalam diskusi online bertajuk Sinyal “Edge” Transisi Energi, pada Rabu (7/2).
Untuk mencapai target tersebut, Fabby menjelaskan bahwa bauran energi harus mencapai sekitar 60-70 GW. Angka tersebut bahkan bisa lebih tinggi tergantung pada jenis bauran energi terbarukan yang digunakan oleh Indonesia.
Jika target bauran EBT diterapkan, persentase tersebut bisa mencapai 90-95% pada tahun 2050. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengurangi penggunaan energi fosil dan beralih ke sumber energi baru dan terbarukan.
“Sumber energi yang rendah emisi karbon dan jika dilihat dari sisi ekonomi dan ketersediaan sumber daya alam, adalah energi terbarukan,” ucapnya.
Sebelumnya, Pemerintah melalui DEN mencatat bahwa persentase bauran energi paling tinggi di Indonesia pada tahun 2023 masih dipegang oleh batu bara, yaitu sebesar 40,46%. Namun, persentase ini terus menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 42,38%.
Ketua DEN, Djoko Siswanto, menyatakan bahwa pemerintah sedang berupaya meningkatkan bauran energi dari sumber yang lebih bersih dan berkelanjutan dengan cara mengurangi persentase bauran energi dari batu bara.
“Pemerintah terus berusaha untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil,” ujar Djoko Siswanto dalam konferensi pers Capaian Kinerja 2023 dan Program Kerja Tahun 2024 Sekretariat Jenderal DEN, di Jakarta, pada Rabu (17/1).
Selain batu bara, bauran energi lainnya meliputi minyak bumi (30,18%), gas bumi (16,28%), dan EBT (13,09%). Persentase EBT mengalami peningkatan sebesar 0,79% menjadi 13,09% pada tahun 2023. Namun, realisasi tersebut masih di bawah target yang ditetapkan sebesar 17,87%.