Angindai.com – Pada tahun 2020, Rockefeller Foundation dituding sebagai pihak yang menciptakan virus corona hingga terjadi penyebaran COVID-19. Namun, apakah benar demikian?
Untuk lebih memahami tentang organisasi Rockefeller Foundation, mari kita lihat bagaimana mereka bergerak dan apa misi serta program-program yang mereka jalankan.
Rockefeller Foundation didirikan pada 1913 di AS sebagai sebuah organisasi nirlaba dengan misi meningkatkan kesejahteraan umat manusia di seluruh dunia. Mereka berfokus pada temuan dan peningkatan solusi untuk memajukan peluang serta mengatasi krisis iklim.
Yayasan ini menekankan penggunaan data, ilmu pengetahuan, dan inovasi untuk meningkatkan kesehatan wanita dan anak-anak, menciptakan sistem pangan yang bergizi dan berkelanjutan, mengakhiri kemiskinan energi bagi lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia, serta memungkinkan mobilitas ekonomi.
Rockefeller Foundation menjalankan sejumlah program di berbagai bidang seperti kesehatan, pangan, energi, pemerataan ekonomi, inovasi, dan keuangan inovatif di berbagai negara, termasuk di Afrika, Asia, dan Italia.
Mereka juga memberikan dukungan keuangan untuk proyek-proyek tertentu. Sebagai contoh, pada tahun 2024, mereka memberikan dana sebesar $475 ribu untuk proyek Missouri Budget Project, serta sejumlah dana untuk organisasi seperti United Nations Office for Project Service (UNOPS), International Finance Facility for Education, Kofi Annan Foundation, National University of Singapore, dan lain sebagainya.
Terkait COVID-19, Rockefeller Foundation berkomitmen menyalurkan lebih dari $1 miliar sebagai upaya tanggap darurat selama tiga tahun pertama sejak 2020. Mereka juga meluncurkan U.S. Equity-First Vaccination Initiative (EVI) senilai $23 juta untuk mengurangi kesenjangan rasial dalam tingkat vaksinasi Covid-19 dan memperkuat sistem kesehatan masyarakat.
Meskipun demikian, spekulasi bahwa Rockefeller Foundation berada di balik kemunculan virus Corona dan penyebab COVID-19 telah dinyatakan sebagai disinformasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada tahun 2020.
Sejumlah klaim yang menyebutkan bahwa pendiri Rockefeller Foundation, David Rockefeller, sebagai pencipta virus corona serta pihak yang memengaruhi dunia farmasi, medis, media, dan lembaga-lembaga seperti Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan Bank Dunia telah ditepis dan dinyatakan keliru oleh Kemenkominfo.
Dengan demikian, penting untuk mencari informasi yang akurat dan tidak terjebak dalam penyebaran informasi palsu (hoaks) yang dapat mempengaruhi persepsi publik terhadap suatu lembaga atau organisasi.