Global

Krisis di Laut Merah Picu Kenaikan Harga Minyak Dunia

×

Krisis di Laut Merah Picu Kenaikan Harga Minyak Dunia

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Minyak Dunia

Angindai.com – Harga minyak dunia melonjak 1% akibat kekhawatiran akan pasokan bahan bakar setelah dilaporkan bahwa Milisi Houthi menyerang sebuah kapal tanker bahan bakar di Laut Merah. Selain itu, turunnya ekspor produk olahan Rusia juga menjadi penyebab naiknya harga minyak.

Dilansir dari Reuters, Senin (29/1/2024), harga minyak mentah berjangka Brent (Brent crude futures) naik 83 sen menjadi US$ 84,38 atau sekitar Rp 1,335,904 (kurs Rp 15.832) pada pukul 16.00 WIB, setelah mencapai level tertinggi di angka US$ 84,80 atau sekitar Rp 1,342,55.

Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate, tercatat naik 78 sen menjadi US$ 78,79 atau sekitar Rp 1,247,403 per barel.

Pada Sabtu (27/1), Trifagura, sebuah perusahaan perdagangan komoditas, mengatakan bahwa mereka sedang menilai risiko keamanan pelayaran di Laut Merah setelah sebuah kapal tanker yang diserang oleh kelompok Houthi berhasil dipadamkan oleh petugas pemadam pada Jumat (26/1).

“Gangguan terhadap pasokan terbatas, namun hal itu berubah pada hari Jumat setelah sebuah kapal tanker minyak yang beroperasi atas nama Trafigura terkena rudal di lepas pantai Yaman,” kata seorang analis ANZ yang ditulis Senin (29/1/2024).

“Dengan kapal tanker minyak yang terkait dengan AS dan Inggris kini berada dalam ancaman serangan, pasar kemungkinan akan mengkalkulasi kembali risiko gangguan tersebut,” tambahnya.

Kedua kontrak minyak mentah pun tercatat naik selama dua pekan berturut-turut dan bertengger di level tertinggi selama nyaris dua bulan sejak Desember 2023. Hal ini karena kekhawatiran akan pasokan minyak dari Timur Tengah dan Rusia. Sementara pertumbuhan ekonomi AS yang positif dan tanda-tanda stimulus ekonomi Tiongkok, dianggap semakin meningkatkan ekspektasi permintaan minyak mentah.

Rusia sendiri dilaporkan akan mengurangi ekspor bahan baku petrokimia, naphtha, menjadi 127.500 sampai 136.000 barel per hari atau sekitar sepertiga dari total ekspornya. Hal ini dikarenakan terganggunya operasi kilang Rusia di Laut Baltik dan Laut Hitam akibat kebakaran, menurut London Stock Exchange Group.

Pada 1 Februari mendatang, sejumlah menteri terkemuka dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dikabarkan akan bertemu secara daring.

Salah satu sumber menyatakan bahwa pertemuan tersebut akan membahas kebijakan tingkat produksi negara-negara OPEC untuk April dan seterusnya. Meskipun demikian, sumber ini juga menilai bahwa akan terlalu cepat bagi OPEC untuk mengambil keputusan mengenai kebijakan produksi minyak.