ANGINDAI.COM – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Astana sukses menggelar perhelatan akbar bertajuk Wonderful Indonesia 2025 pada 5 Desember 2025 di Ballroom Hotel Sheraton-Astana.
Acara yang diselenggarakan di ibu kota Kazakhstan yang juga merupakan sister city dari Ibu Kota Nusantara ini menjadi panggung strategis dalam memperingati 32 tahun hubungan diplomatik kedua negara serta menyongsong perayaan 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
Malam puncak persahabatan tersebut tidak hanya sekadar seremonial, melainkan menjadi bukti nyata kekuatan soft diplomacy Indonesia di kawasan Eurasia.
Duta Besar RI untuk Kazakhstan dan Tajikistan, Dr. M. Fadjroel Rachman, menegaskan bahwa acara ini bertujuan untuk mempromosikan kekayaan budaya Indonesia di panggung internasional sekaligus mempererat persaudaraan.

Dalam sambutannya, Fadjroel Rachman menyampaikan apresiasi mendalam kepada para tamu undangan yang hadir, mulai dari Wakil Menteri Perekonomian Republik Kazakhstan Assan Darbayev, para duta besar negara sahabat, rektor, hingga pelaku usaha dan media.
Ia menekankan bahwa hubungan diplomatik yang telah terjalin selama lebih dari tiga dekade ini harus terus dirawat melalui ruang promosi budaya yang inklusif.
Sorotan utama malam itu tertuju pada kolaborasi seni yang apik antara Indonesia dan Kazakhstan. Sebuah karya koreografi dari Agung Saputra, staf budaya KBRI Astana sekaligus mahasiswa doktoral ISI Bali, berhasil memukau penonton.
Tarian tersebut memadukan gerakan tradisional kedua negara dengan iringan musik yang menggabungkan alat musik Sape khas Dayak dan Dombra khas Kazakhstan, menyimbolkan harmoni dan persatuan dua bangsa.
Anggota I Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, Dr. Nyoman Adhi Suryadnyana, yang hadir sebagai tamu kehormatan, menilai kegiatan ini sebagai langkah cerdas dalam memanfaatkan potensi ekonomi Kazakhstan.
Menurutnya, Kazakhstan sebagai negara terkaya di Asia Tengah dengan PDB per kapita sekitar 15.000 USD adalah mitra strategis.
Ia memuji kemampuan Dubes Fadjroel dalam mengorkestrasi diplomasi yang tidak hanya berbasis bisnis, namun juga pendekatan persaudaraan yang sejalan dengan filosofi tokoh Kazakhstan, Abai Kunanbayev.
Kemeriahan acara dibuka dengan Tari Persembahan dari Riau yang menyuguhkan tepak sirih sebagai simbol penghormatan kepada tamu.
Rangkaian pertunjukan berlanjut dengan dinamisnya Tari Betawi diiringi lagu Ondel-Ondel, atraksi Wayang Golek dari Jawa Barat yang telah diakui UNESCO, serta kolaborasi unik dari Kalimantan yang menampilkan Angklung Toel dan Tari Cik Cik Periuk.
Tidak ketinggalan, nuansa spiritual dan penghormatan dihadirkan melalui Tor Tor Hata Sopisik dari Sumatera Utara.
Uniknya, seni bela diri Pencak Silat justru dibawakan oleh atlet-atlet Kazakhstan berprestasi yang telah empat kali menjuarai kompetisi nasional dan meraih medali di Kejuaraan Asia, menunjukkan betapa dalamnya budaya Indonesia telah diterima di sana.
Selain suguhan visual dan audio, diplomasi kuliner (gastro-diplomacy) turut memanjakan para tamu.
Sajian khas Nusantara seperti Tumpeng, Bakso, Sate, dan Dadar Gulung menjadi primadona.
Hal ini diamini oleh Putri Indonesia 1995, Santi Manuhutu Crabtree, yang telah menetap di Kazakhstan selama empat tahun.
Ia menilai acara ini sangat strategis untuk memperkenalkan Indonesia secara utuh, mulai dari seni hingga cita rasa makanannya.
Grup musik Yasawi dari Almaty semakin mempertegas kedekatan kedua negara dengan membawakan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu kebangsaan Kazakhstan dengan penuh semangat.
Acara resmi ditandai dengan prosesi pemotongan tumpeng sebagai wujud rasa syukur.
Malam penuh keakraban tersebut ditutup dengan Flashmob Tabola Bole.
























