ANGINDAI.COM – Di tengah meningkatnya tensi geopolitik dunia dan kekhawatiran akan pecahnya konflik global berskala besar, Indonesia muncul sebagai salah satu lokasi yang dinilai paling aman untuk berlindung.
Laporan terbaru media internasional seperti Daily Mail bahkan menempatkan Indonesia sejajar dengan Antartika dan Fiji sebagai kawasan perlindungan potensial dari dampak Perang Dunia III.
Posisi netral Indonesia sejak awal kemerdekaan ditegaskan melalui prinsip politik luar negeri “bebas aktif” telah menjadikan negara kepulauan ini tidak terikat pada blok atau pakta militer besar.
Sikap non-blok tersebut dinilai memperkecil kemungkinan Indonesia terlibat langsung dalam konflik antarnegara, menjadikannya lebih stabil secara geopolitik.
Letak geografis Indonesia juga dianggap sebagai keunggulan strategis. Terpencil dari pusat-pusat konflik global seperti Eropa Timur atau Timur Tengah, serta terdiri dari ribuan pulau yang tersebar di garis khatulistiwa, Indonesia diyakini memiliki kemungkinan yang lebih kecil menjadi target langsung dari serangan militer berskala besar.
Di luar aspek politik dan geografi, Indonesia memiliki keunggulan penting lainnya: kekayaan sumber daya alam.
Dari tanah yang subur, potensi pertanian dan perikanan, hingga pasokan air bersih yang melimpah di berbagai wilayah, menjadikan Indonesia relatif mandiri dalam hal kebutuhan pangan dan energi.
Ketahanan tersebut menjadi sangat relevan di tengah risiko terganggunya rantai pasok global.
Tak hanya itu, faktor sosial budaya masyarakat Indonesia juga dinilai berperan besar. Dengan tingkat adaptabilitas tinggi, gotong royong, serta ketahanan budaya yang kuat, penduduk Indonesia disebut mampu menghadapi tekanan krisis global dengan solidaritas yang unik.
Sejumlah pengamat menyebutkan bahwa peran strategis Indonesia ke depan bukan hanya sebagai tempat perlindungan, tetapi juga sebagai penyeimbang baru dalam lanskap diplomatik dunia.
Di tengah ketidakpastian yang menyelimuti global, Indonesia dipandang sebagai “oase” stabilitas dan potensi baru dalam menghadapi gejolak abad ke-21.