angindai.com platfom digital modern
BudayaTravel

43 Gua Diduga Peninggalan Jepang Ditemukan di Kota Bima, Potensi Jadi Destinasi Wisata Sejarah

×

43 Gua Diduga Peninggalan Jepang Ditemukan di Kota Bima, Potensi Jadi Destinasi Wisata Sejarah

Sebarkan artikel ini

ANGINDAI.COM – Sebanyak 43 gua yang diyakini merupakan peninggalan tentara Jepang dari masa penjajahan 1942–1945 ditemukan di kawasan pegunungan Kelurahan Jatibaru Timur, Kecamatan Asakota, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat.

Penemuan ini memantik antusiasme pemerintah daerah dan masyarakat setempat yang melihatnya sebagai potensi besar untuk pengembangan wisata sejarah dan budaya.

Menurut pengakuan sejumlah warga yang telah memasuki lokasi tersebut, gua-gua itu memiliki struktur bercabang dan saling terhubung. Beberapa bahkan menembus hingga ke balik bukit.

“Diduga kuat, gua-gua ini dibangun secara strategis oleh tentara Jepang sebagai tempat penyimpanan senjata, persembunyian, sekaligus jalur pelarian dari kejaran pasukan Sekutu,” kata Firdaus salah seorang warga setempat kepada angindai.com, Minggu (22/6/2025).

Sebanyak 43 gua yang diyakini merupakan peninggalan tentara Jepang dari masa penjajahan 1942–1945 ditemukan di kawasan pegunungan Kelurahan Jatibaru Timur, Kecamatan Asakota, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat.
Sebanyak 43 gua yang diyakini merupakan peninggalan tentara Jepang dari masa penjajahan 1942–1945 ditemukan di kawasan pegunungan Kelurahan Jatibaru Timur, Kecamatan Asakota, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Bima, Yuliana, S.Sos, menyatakan keseriusannya untuk menjadikan kawasan ini sebagai salah satu destinasi wisata andalan.

“Gua-gua ini merupakan bagian penting dari sejarah yang wajib dilestarikan. Kami akan berkoordinasi dengan tim arkeologi untuk melakukan penelitian lanjutan,” ujarnya.

Langkah konkret pun mulai diambil oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Jatibaru Timur yang saat ini tengah menyusun paket wisata terpadu.

Menurutnya, tak hanya menawarkan jelajah gua, kawasan itu juga menyimpan aset budaya berupa situs bangunan bersejarah Ncuhi Banggapupa dan kolam air tawar alami yang bersumber langsung dari mata air pegunungan.

Pihak Pokdarwis berharap upaya ini mampu menarik perhatian wisatawan, khususnya yang memiliki ketertarikan terhadap sejarah dan wisata alam.

“Ini bukan hanya tentang keindahan alam, tapi juga cara kita merawat warisan masa lalu,” ungkapnya.

Pemerintah Kota Bima melalui Dinas Pariwisata kini sedang merumuskan langkah pengelolaan berkelanjutan terhadap situs tersebut, termasuk kemungkinan menjadikannya sebagai kawasan cagar budaya lokal.

“Potensi ekonomi dari sektor pariwisata pun diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar,” ujarnya.

Penemuan puluhan gua ini merupakan catatan sejarah kelam masa pendudukan Jepang, sekaligus membuka peluang baru bagi Kota Bima untuk tampil di peta wisata sejarah Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *