ANGINDAI.COM – Presiden RI Prabowo Subianto secara resmi melantik Letjen TNI (Purn) Djamari Chaniago sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) pada Kamis, 18 September 2025.
Djamari Chaniago menggantikan Budi Gunawan yang sebelumnya dicopot dari jabatannya pada Senin, 8 September 2025.
Penunjukan Djamari Chaniago menjadi sorotan publik mengingat rekam jejaknya yang pernah terlibat dalam pemecatan Prabowo Subianto dari militer pada tahun 1998.
Djamari Chaniago tercatat sebagai salah satu anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang pada Agustus 1998 memutuskan pemecatan Prabowo Subianto dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) secara hormat.
DKP adalah lembaga internal militer yang bertugas mengadili dan memutuskan kasus etik serta disiplin perwira.
Dalam putusannya, DKP menyatakan Prabowo bersalah atas berbagai pelanggaran, termasuk operasi penculikan aktivis prodemokrasi tanpa izin, tindak pidana ketidakpatuhan, serta melampaui kewenangan dan mengabaikan disiplin militer.
Djamari Chaniago bersama tokoh penting lainnya seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Agum Gumelar saat itu mengambil keputusan berdasarkan penyelidikan atas kasus penculikan yang melibatkan Tim Mawar di bawah Komando Pasukan Khusus (Kopassus), yang kala itu dipimpin oleh Prabowo.
Lahir di Padang, Sumatera Barat, pada 8 April 1949, Letjen TNI (Purn) Djamari Chaniago merupakan lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) tahun 1971.
Setelah lulus, Djamari Chaniago mengabdikan lebih dari tiga dekade di TNI Angkatan Darat, khususnya di kesatuan Infanteri Baret Hijau Kostrad.
Sepanjang kariernya, ia pernah menduduki sejumlah jabatan penting di militer, di antaranya Komandan Yonif Linud 330/Tri Dharma, Komandan Kodim 0501/Jakarta Pusat, Kepala Staf Brigif Linud 18/Trisula, Komandan Brigif Linud 18/Trisula, Komandan Rindam I/Bukit Barisan, dan Kepala Staf Divisi Infanteri 2/Kostrad.
Selain rekam jejak militernya, Djamari Chaniago juga pernah menjadi sorotan pada tahun 2020.
Saat itu, klub motor gede (moge) yang dipimpinnya terlibat dalam insiden pengeroyokan dua anggota TNI, Serda MIS dan Serda MY, yang bertugas di Satuan Intel Kodim 0304/Agam, Sumatera Barat.
Peristiwa tersebut terjadi di Simpang Tarok, Bukittinggi, Sumatera Barat, pada Jumat, 30 Oktober 2020.