angindai.com platfom digital modern
Ekonomi & Bisnis

Beras Fortifikasi di Ritel Melambung, Konsumen Terjebak di Tengah Kelangkaan Beras Biasa

×

Beras Fortifikasi di Ritel Melambung, Konsumen Terjebak di Tengah Kelangkaan Beras Biasa

Sebarkan artikel ini
Penjual Beras di Pasar Tradisional (IST) angindai.com
Penjual Beras di Pasar Tradisional (IST - angindai.com)

ANGINDAI.COM – Sejumlah toko ritel modern di Indonesia kini dipenuhi oleh beras fortifikasi, jenis beras yang diperkaya dengan vitamin dan mineral untuk mengatasi masalah gizi.

Namun, kehadiran beras ini menuai sorotan karena harganya yang jauh lebih mahal dibandingkan beras premium biasa, bahkan ada yang mencapai Rp140.000 per kemasan 5 kilogram.

Kondisi ini terjadi di tengah kelangkaan pasokan beras medium dan premium yang harganya diatur oleh pemerintah.

Menurut data yang dihimpun, harga beras fortifikasi dapat mencapai Rp20.000 hingga Rp35.000 per kilogram, jauh melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium yang hanya sekitar Rp14.900 per kilogram.

Kesenjangan harga ini menimbulkan dugaan adanya sabotase pasar, di mana kelangkaan beras biasa sengaja diciptakan untuk mengarahkan konsumen pada beras fortifikasi yang tidak diatur harganya.

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Niti Emiliana, mengingatkan masyarakat untuk jeli membedakan antara beras premium dengan beras khusus seperti beras fortifikasi.

Ia juga mendesak pemerintah untuk melakukan edukasi publik dan memastikan kelancaran distribusi beras medium dan premium di seluruh ritel. Fenomena ini dianggap sebagai masalah serius yang berpotensi mengganggu stabilitas pangan dan merugikan konsumen.

Polemik ini juga memicu tudingan dari berbagai pihak bahwa fenomena ini merupakan bentuk “perlawanan mafia pangan” terhadap kebijakan pemerintah.

Tudingan ini muncul karena produsen beras yang disubsidi oleh negara, termasuk pupuk bersubsidi, justru membiarkan pasar dipenuhi beras mahal yang tidak memiliki HET.

Mereka mendesak pemerintah agar tidak kalah dari para pelaku pasar yang dianggap mengambil keuntungan di atas kesulitan rakyat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *