angindai.com platfom digital modern
HMI PinrangMahasiswa PinrangOpini

Cak Imin, HMI dan PMII: Sindiran, Refleksi, atau Provokasi?

×

Cak Imin, HMI dan PMII: Sindiran, Refleksi, atau Provokasi?

Sebarkan artikel ini
Cak Imin, HMI dan PMII: Sindiran, Refleksi, atau Provokasi? ditulis Arya Efendy ID
Cak Imin, HMI dan PMII: Sindiran, Refleksi, atau Provokasi? ditulis Arya Efendy ID

Oleh : Arya Efendy ( Kebetulan Pernah BerHMI )


Sindiran yang Mengguncang

Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, baru saja melempar pernyataan yang membuat gempar: “Kalau ada yang tak tumbuh dari bawah, pasti bukan PMII, itu HMI.” Kalimat ini langsung memanaskan kembali rivalitas HMI PMII yang sudah berlangsung lama. Beberapa Alumni HMI bereaksi keras, menyebut pernyataan itu ahistoris dan menyesatkan. Tapi benarkah ini cuma soal nyinyir? atau ada pesan yang lebih dalam?

Sebagai orang yang pernah berHMI, saya tentu saja memikirkan pernyataan Cak Imin ini. Saya sendiri pernah mengkritik HMI dalam sebuah tulisan bahkan dengan nada yang lebih keras, seperti  “bubarkan saja HMI”, tapi tidak pernah memicu kegaduhan seperti sekarang. Apa bedanya? Ya mungkin karena Cak Imin adalah Tokoh Nasional, Seorang Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat, alumni sekaligus Senior PMII yang sangat di hormati. Jadi kemungkinan yang terlalu reaktif terhadap candaan cak imin ini, tebang pilih dan bisa jadi orang yang dimaksud beliau. Mari kita bedah dengan kepala dingin, santai tapi serius, serius tapi santai.

Sekilas HMI dan PMII: Akar dan Dinamika

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berdiri pada 1947, lahir di tengah pergolakan kemerdekaan. Dengan motto “Yakin Usaha Sampai” HMI dikenal selalu melahirkan pemimpin yang luar biasa. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), berdiri pada 1960, mengusung semangat keislaman yang erat dengan Nahdlatul Ulama (NU).

Keduanya memiliki sejarah panjang tapi rivalitas mereka tak bisa dipungkiri. HMI sering dipandang lebih urban dan berjejaring luas, sementara PMII kuat di akar rumput dengan kultur NU. Persaingan ini kadang produktif, kadang penuh gengsi. Cak Imin sebagai tokoh NU dan Alumni PMII, tahu betul cara memainkan dinamika ini dan dia melakukannya dengan berani.

Terlalu Reaktif: Mengapa Cak Imin Bikin Gaduh?

Pernyataan Cak Imin langsung jadi sorotan. Beberapa alumni HMI kompak mengecam. Mereka berpendapat bahwa Cak Imin merendahkan perjuangan HMI yang juga lahir dari bawah. Ada yang menyebutnya lupa sejarah dan lain sebagainya. Namun ada yang pernah mengkritik HMI lebih keras bahkan sampai bilang bubarkan HMI dan tidak ada reaksi seheboh ini. Mengapa Cak Imin? bukan hanya sebatas pernyataannya. Sebagai tokoh Nasional dan alumni PMII yang sangat dihormati, beliau jadi target yang lebih menarik untuk dijawab. Reaksi berlebihan yang tiba-tiba bermunculan ini, sepertinya juga jadi momentum “mumpung ada kesempatan” untuk menyerang tokoh besar. Ini bukan cuma soal HMI PMII, tapi juga soal politik dan gengsi. Kira-kira begitulah.

Menelisik Motif Cak Imin: Apa Sebenarnya Maksudnya?

Bagi saya, Cak Imin bukan orang sembarangan. Beliau politisi cerdas, ketua PKB, dan tokoh NU, bahkan tokoh Muhammadiyah Buya Syafi’i Maarif pernah menyebutnya “You’re The Real Politician”. Apa yang mendorongnya melontarkan pernyataan ini? Saya pelan-pelan coba memahaminya:

Kemungkinan jenuh dengan dominasi HMI.
HMI punya jejaring yang kuat, dari kampus sampai puncak kekuasaan. PMII meski solid di grassroot, kadang terlihat tertinggal. Mungkin ini cara Cak Imin menyemangati PMII sambil menyenggol HMI.

Kemungkinan Beliau lelah berjuang sendiri.
Sebagai ketua PKB, Cak Imin sering jadi penutup lubang di politik Nasional. Mungkin beliau merasa kurang dukungan yang jejaringnya sering terlihat bermain sendiri.

Kemungkinan kagum sekaligus kesal dengan HMI.
HMI memang selalu unstoppable, dengan mudahnya kadernya ada dimana-mana, di DPR, BUMN, hingga istana. Mungkin Cak Imin menginginkan PMII seperti itu.

Kemungkinan ini adalah dorongan untuk PMII.
Pernyataan ini bisa jadi tamparan buat PMII: “Jangan cuma nyaman di bawah, kejar HMI”, Ini panggilan untuk PMII memperkuat kaderisasi dan pengaruh.

Kemungkinan nyindir alumni HMI yang instan.
Tidak semua alumni HMI tumbuh dari bawah. Mungkin ada yang tiba-tiba naik dengan cepat lewat koneksi. Bisa jadi Cak Imin hanya ingin menyindir mereka-mereka itu, tapi kebablasan hingga Sebagian besar kader HMI tersinggung.

Kemungkinan Beliau lupa pernah kolaborasi.
Cak Imin pernah bekerja sama dengan Anies Baswedan yang juga alumni HMI. Apa beliau lupa kontribusi HMI di panggung nasional? atau ini cuma candaan yang salah sasaran?

Kemungkinan Lainnya.
Di tengah dinamika politik sekarang, pernyataan ini bisa jadi cara untuk menggalang kekuatan sekaligus memberi peringatan ke lawan politiknya, yang kemungkinan besar sangat erat kaitannya dengan beberapa alumni HMI. Siapapun bisa menebaknya.

Belajar dari Gus Dur: Sindiran yang Mencerahkan

Cak Imin bukan yang pertama nyentil HMI. Almarhum Gus Dur tokoh NU legendaris, juga pernah mengkritik HMI dengan gaya yang khas. Dia bisa bilang HMI terlalu serius sambil tertawa, tapi tetap menghormati perjuangan mereka. Kritiknya mencerahkan, bukan memanaskan.

Cak Imin? Sayangnya, sindirannya terasa mentah. Kalau Gus Dur seperti koki yang menyajikan kritik dengan bumbu humor yang pas, Cak Imin lebih seperti koki yang lupa takaran. Hasilnya, orang meringis ketimbang tersenyum. Sindiran itu seni, dan Cak Imin perlu belajar dari maestro seperti Gus Dur.

Refleksi untuk HMI dan PMII: Dari Rivalitas ke Sinergi

Sebagai kader HMI, saya akui pernyataan Cak Imin bisa menimbulkan masalah. Tapi daripada balas nyinyir, mending kita introspeksi. HMI punya jejaring luas tapi kadang lupa rendah hati. Apakah memang ada kader HMI yang tiba-tiba naik tanpa perjuangan? Jika ada, itu bahan renungan.

Untuk PMII, pernyataan Cak Imin bisa jadi panggilan untuk naik kelas. Kalau beliau ingin PMII lebih hebat, ambillah itu sebagai tantangan. Rivalitas HMI PMII sudah terlalu lama jadi bahan candaan sebenarnya. Saya kadang memikirkan jika semuanya mampu bersinergi, jejaring HMI PMII Itu bakal jadi kekuatan yang sangat besar dan sulit dibendung !

Reaksi berlebihan yang ditujukan ke Cak Imin juga menunjukkan satu hal menurut saya, banyak dari kita ini yang mudah terpancing. Mungkin karena beliau adalah tokoh besar, atau karena ada yang memanfaatkan momen untuk menyerang. Tapi sampai kapan kita terjebak dalam pola seperti itu? sangat tidak elegan.

Kolaborasi untuk Masa Depan

Pernyataan Cak Imin adalah cerminan. Untuk HMI, ini saatnya introspeksi, kuat itu baik, tapi rendah hati lebih mulia. Untuk PMII, ini panggilan untuk melangkah lebih maju, belajar dari HMI atau darimanapun tanpa kehilangan akar. Dan untuk Cak Imin? Lain kali, coba poles sindirannnya dengan gaya Gus Dur lah biar orang tersenyum, bukan marah.

HMI dan PMII punya DNA yang sama, keislaman, kebangsaan, perjuangan. Rivalitas boleh ada, tapi kolaborasi jauh lebih berarti dan mencerahkan. Ayo, duduk bareng, ngopi bareng, dan rencanakan masa depan Indonesia yang lebih baik. Karena, seperti kata HMI, Yakin Usaha Sampai dan motto PMII Berilmu, Beramal dan Bertaqwa, dan itu berlaku untuk kita semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *