ANGINDAI.COM – Sebuah kejadian tragis terjadi di Desa Mattabulu, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, pada Ahad, 3 November 2024.
Sembilan orang tewas dan delapan lainnya luka-luka setelah tertimpa pohon besar saat melakukan ritual sesajen di kawasan situs Pettabulue Matanre.
Kronologi Kejadian
Para korban awalnya datang berwisata ke Situs Pettabulue Matanre sambil menggelar ritual sesajen. Sekitar pukul 11.00 WITA, hujan deras disertai angin kencang tiba-tiba melanda kawasan tersebut.
Kesaksian dari para korban menyebutkan bahwa terdengar suara petir yang kemudian menyambar pohon tempat mereka menggelar ritual. Akibatnya, beberapa tangkai pohon besar jatuh dan menimpa para korban.
Peringatan MUI Sulsel
Peristiwa ini mendapat perhatian serius dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan.
Ketua Komisi Fatwa MUI Sulsel, Dr. KH Nasrullah Sapa, Lc MM, memberikan peringatan keras tentang bahaya dosa syirik.
“Dalam ajaran Islam, meminta berkah, perlindungan, atau pertolongan pada selain Allah, termasuk melalui kuburan atau leluhur, adalah bentuk syirik,” tegasnya.
KH Nasrullah Sapa mengutip firman Allah dalam surat Al-Fatihah ayat 5: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.”.
Ia juga mengingatkan hadis Nabi yang menegaskan, “Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).
Nasrullah Sapa menilai bahwa peristiwa ini hendaknya menjadi pelajaran penting agar umat Islam kembali kepada ajaran tauhid yang murni dan meninggalkan praktik-praktik yang dapat menjerumuskan dalam kesyirikan.
“Syirik adalah dosa besar yang merusak aqidah dan dapat menyebabkan kehancuran,” pungkasnya.
Sebelumnya, Humas Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Soppeng, Rudinang, memastikan bahwa seluruh korban telah dievakuasi. “Semua korban sudah dievakuasi,” ujarnya.
Kapolres Soppeng, AKBP Muh Yusuf Usman, menjelaskan bahwa para wisatawan datang dengan maksud berwisata dan membawa makanan sesajian untuk membayar hajatan.