ANGINDAI.COM – Band metal yang digawangi tiga perempuan muda asal Garut, Jawa Barat, mencatat sejarah sebagai band Indonesia pertama yang tampil di Festival Glastonbury, salah satu festival musik terbesar di Inggris.
Pada Jumat (28/06) waktu setempat, tiga personel Voice of Baceprot , yaitu Firdda Marsya Kurnia (vokalis), Euis Siti Aisyah (drummer), dan Widi Rahmawati (bassist), memukau penonton di panggung tersebut.
Perjalanan mereka dimulai saat bermain musik metal sebagai kegiatan ekstra kurikuler di madrasah tempat mereka bersekolah 10 tahun lalu. Ketika mereka diundang untuk tampil dalam festival musik terbesar di Eropa ini, mereka mengaku merasa “bingung” karena tak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Tidak hanya berbagi panggung dengan penampil utama seperti Coldplay dan Dua Lipa, tetapi Glastonbury juga menjadi panggung terbesar bagi mereka hingga saat ini. Band ini telah menempuh perjalanan panjang dalam dunia musik cadas sejak duduk di bangku sekolah menengah atas di desa mereka.
Sebagai band perempuan berhijab yang memainkan genre metal, mereka mendapat sorotan dan menjadi berita utama internasional, termasuk di Eropa dan Amerika, karena dianggap berani menentang norma gender dan agama.
Tumbuh di Singajaya, Garut, Marsya dan Sitti – keduanya berusia 24 tahun – berteman sejak bangku sekolah dasar. Kemudian mereka berjumpa dengan Widi, 23, di bangku sekolah menengah pertama – di kantor guru pembimbing sekolah.
Ketiganya sering dipanggil guru pembimbing karena “perilaku memberontak” mereka. Di tempat yang tak terduga itulah kecintaan mereka terhadap musik keras berakar.
Pada 2014, guru pembimbing mereka, Ersa Eka Susila Satia, mendorong ketiga remaja ini untuk mengekspresikan emosi melalui musik. Dia mengajarkan mereka cara bermain musik dan memperkenalkan Marsya pada gitar, Widi pada bass, serta membuatkan Siti drum dari peralatan musik yang tak digunakan lagi oleh marching band sekolah.
Meski menghadapi kritik dan tantangan, termasuk dilempari batu dengan catatan yang menyuruh mereka “berhenti memainkan musik setan”, mereka terus berjuang.
Undangan untuk tampil di Glastonbury menjadi pengakuan atas pencapaian mereka, meskipun juga menegangkan. Meski belum sepenuhnya siap, mereka bersemangat untuk berbagi musik dan mewakili Indonesia di panggung internasional.
Dalam persiapan mental, mereka berusaha untuk tidak terlalu memikirkan jumlah penonton yang akan menyaksikan penampilan mereka. Bagi Marsya, Sitti, dan Widi, tampil di Glastonbury bukan hanya tentang Voice of Baceprot (VoB), tapi juga tentang Indonesia.