Ekonomi & Bisnis

Pasar Keuangan RI Terdampak Krisis Global, Rupiah dan Bursa Saham Outflow

×

Pasar Keuangan RI Terdampak Krisis Global, Rupiah dan Bursa Saham Outflow

Sebarkan artikel ini
Pasar Keuangan RI Terdampak Krisis Global, Rupiah dan Bursa Saham Outflow
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati (IST/Angindai.com)

ANGINDAI.COM – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengakui bahwa pasar keuangan domestik terkena dampak ketidakpastian global. Hal ini menyebabkan terjadinya depresiasi nilai tukar di beberapa negara serta terjadi outflow di pasar saham.

“Munculnya ketidakpastian global mempengaruhi berbagai hal, termasuk harga saham, nilai tukar, dan surat berharga negara dari sisi yield kita,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KITA Edisi April 2024, pada Jumat (26/4/2024).

Situasi uncertainty global telah mendorong penguatan US Treasury, dengan kenaikan yang terjadi, menurut Menkeu UST mengalami peningkatan dengan pernyataan bahwa penurunan suku bunga tidak akan terjadi dengan cepat, hal ini juga mempengaruhi yield surat berharga Indonesia yang mencapai 7,05%.

Yield dari US Treasury 10 tahun mencapai 4,64%, sementara yield dari surat berharga lokal Indonesia 7,05% karena suku bunga The Fed masih berada di 5,5%.

Depresiasi nilai tukar rupiah juga terjadi di berbagai mata uang dunia, karena indeks dolar mengalami penguatan sebesar 4,5%. Hal ini berarti bahwa mata uang lain juga mengalami koreksi, dan Indonesia mengalami depresiasi sebesar 5,7% secara year-to-date (ytd).

“Negara-negara di sekitar kita dan di negara emerging market G20 menghadapi situasi yang serupa, ada yang lebih parah bergantung pada pondasi dan kondisi ekonomi masing-masing,” tegas Menkeu.

Selain itu, Baht Thailand mengalami koreksi sebesar 8,56%, Won Korea Selatan koreksi sebesar 6,31%, Turki mengalami penurunan sebesar 10,4%, Brazil sebesar 5,06%, Vietnam 4,7%, Afrika Selatan 4,7%, dan Filipina 3,9%.

Sri Mulyani menegaskan bahwa pergerakan nilai tukar ini telah dibahas dalam pertemuan terbaru, dengan fokus pada kecenderungan capital outflow, koreksi nilai tukar, harga saham, dan yield surat berharga. Hal ini menjadi fokus pembahasan menteri keuangan dan gubernur bank sentral di G20 serta dalam pertemuan IMF minggu lalu.

Menurut Sri Mulyani, setiap negara harus mulai melakukan penyesuaian dengan dinamika pasar yang tinggi. “Semua harus berhati-hati dan melakukan mitigasi risiko dari pergerakan global tersebut,” tambahnya.

Secara lebih rinci, indeks dolar AS menguat, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 5,37% sejak awal tahun secara ytd.

Pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN) domestik dipengaruhi oleh sentimen global, dengan tercatatnya outflow saham sebesar Rp13,08 triliun (month-to-date) dan outflow SBN sebesar Rp16,65 triliun (month-to-date).