ANGINDAI.COM – Bencana tanah longsor melanda Kecamatan Makale dan Kecamatan Makale Selatan, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan pada Sabtu (13/4/2024) malam.
Peristiwa tragis ini menelan korban jiwa sebanyak 20 orang. Faktor penyebab longsor di beberapa titik wilayah tersebut dikaitkan dengan intensitas hujan tinggi.
Menyikapi bencana tersebut, aktivis lingkungan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Selatan memberikan tanggapannya.
Kepala Departemen Eksternal WALHI Sulsel, Rahmat Kottir, mengungkapkan bahwa kejadian tanah longsor yang sering terjadi di Sulawesi Selatan disebabkan oleh aktivitas tambang yang merusak lingkungan.
Rahmat mencatat, “Pemerintah daerah seharusnya mencabut izin pertambangan yang ada di Sulsel karena beberapa tahun terakhir ini, Sulsel selalu dilanda banjir dan longsor yang menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat,” kata Rahmat melalui keterangan tertulisnya diterima, Selasa (16/4).
Walhi Sulsel juga menekankan pentingnya pertimbangan dalam pemberian izin tambang yang berpotensi merusak lingkungan.
“Izin tambang yang dapat merusak lingkungan harus diwaspadai. Jika pemerintah daerah memberlakukan moratorium, maka langkah ini harus diawasi dengan ketat agar tidak terjadi lonjakan izin tambang menjelang pemilihan kepala daerah,” tegas Rahmat.