Di sisi lain, wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau di atas normal termasuk sebagian pesisir selatan Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Utara, bagian selatan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, bagian utara dari Gorontalo dan Sulawesi Utara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, dan sebagian besar Papua Selatan.
Dwikorita menambahkan sebanyak 317 ZOM (45,61%) wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami puncak musim kemarau pada bulan Agustus 2024, meliputi sebagian Sumatra Selatan, Jawa Timur, sebagian besar Pulau Kalimantan, Bali, NTB, NTT, sebagian besar Pulau Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Pulau Papua. Namun demikian, terdapat beberapa wilayah yang mengalami puncak musim kemarau pada bulan Juli 2024 sebanyak 217 ZOM (31,22%) dan September 2024 sebanyak 68 ZOM (9,78%).
Terkait El Nino, Dwikorita menjelaskan bahwa hingga awal Maret 2024, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudra Pasifik menunjukkan bahwa El Nino moderat masih berlangsung dengan nilai indeks 1,59. Sementara di Samudra Hindia, pemantauan suhu muka laut menunjukkan kondisi IOD Netral.
Fenomena El Nino tersebut, katanya, diprediksi akan segera menuju kondisi netral pada periode Mei-Juni-Juli 2024 dan berpotensi berubah menjadi La Nina Lemah setelah triwulan ketiga (Juli-Agustus-September) 2024.