ANGINDAI.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan menguat di awal Ramadan 1445 H.
Berdasarkan data Bloomberg hingga Jumat (8/3/2024), nilai tukar rupiah pada penutupan pekan lalu menguat sebesar 0,41% menjadi Rp15.590 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga menguat sebesar 0,05% ke level 102,87.
Menurut Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjendra, selama bulan Ramadan 1445 H, nilai tukar rupiah dapat menguat atau melemah karena sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal.
“Hal ini terkait dengan keyakinan pasar terhadap potensi pengurangan suku bunga acuan lebih cepat sebelum semester I/2024 berakhir,” kata Ariston Tjendra dikutip Senin (11/3).
Kata dia saat ini, Bank Sentral AS Federal Reserve masih mempertahankan suku bunga di kisaran 5,25%-5,5%, sementara Bank Indonesia (BI) juga masih menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6%.
Ariston menilai bahwa pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell pekan lalu di hadapan Kongres AS telah meningkatkan ekspektasi pasar mengenai kemungkinan pengurangan suku bunga tahun ini, dan mungkin akan dilakukan lebih cepat tergantung pada data-data terbaru. Hal ini menyebabkan dolar AS melemah terhadap mata uang lain termasuk rupiah.
“Pada pekan depan, data inflasi konsumen (CPI) AS yang akan dirilis pada Selasa (12/3/2024) malam dan inflasi produsen pada Kamis (14/3/2024) malam juga menjadi faktor yang bisa mempengaruhi pasar,” katanya.
Ariston juga menyebut bahwa harga emas global yang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada pekan ini juga berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah. Dengan harga emas yang mencapai rekor, potensi pelemahan dolar AS dapat mendorong penguatan rupiah.
“Untuk awal pekan depan, rupiah masih berpotensi menguat berkat pernyataan Powell. Potensi nilai tukar rupiah pekan depan diperkirakan berada di kisaran Rp15.450 hingga Rp15.750,” jelas Ariston.