Angindai.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis pada perdagangan Kamis (1/2/2024), setelah sempat menguat pada perdagangan sesi I hari ini.
IHSG ditutup turun tipis 0,09% menjadi 7.201,696. IHSG masih bertahan di level psikologis 7.200 pada perdagangan hari ini.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 10 triliun dengan melibatkan 18 miliar saham yang diperdagangkan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 219 saham menguat, 297 saham terkoreksi, dan 246 saham cenderung mendatar.
Dari segi sektoral, sektor transportasi menjadi pemberat terbesar IHSG hari ini, mencapai 1,56%. Selain itu, sektor keuangan dan energi juga menjadi pemberat IHSG masing-masing sebesar 1,3% dan 1,01%.
Beberapa saham juga menjadi penyebab pelemahan IHSG hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi penyebab pelemahan IHSG:
1. Emiten jasa keuangan Grup Sinarmas, PT Sinarmas Multiartha Tbk (SMMA), menjadi penyebab pelemahan terbesar IHSG hari ini, sebesar 10,4 indeks poin.
2. Saham perbankan raksasa, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), juga menjadi penyebab pelemahan indeks sebesar 9,1 indeks poin.
Pergerakan IHSG hari ini cenderung volatil, meskipun volatilitasnya masih cenderung kecil, karena pada sesi I hari ini sebagian besar cenderung menguat.
Pergerakan IHSG hari ini tergolong lebih baik dibandingkan dengan bursa Asia-Pasifik dan bursa Amerika Serikat (AS) yang mengalami penurunan setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) menandakan belum akan memangkas suku bunga acuannya dalam waktu dekat, membuat pasar kembali kecewa akan keputusan tersebut.
Namun, The Fed yang kembali menahan suku bunga acuannya sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya, sehingga mereka berfokus pada pernyataan terkait arah kebijakan moneter ke depannya.
Sebagaimana diketahui, The Fed telah meningkatkan suku bunga sebesar 525 basis poin (bp) sejak Maret 2022 hingga Juli tahun ini sebelum menahannya pada September, November, Desember 2023, dan Januari 2024. Pertemuan The Fed selanjutnya akan digelar pada 19-20 Maret 2024.
The Fed dalam pernyataan resminya mengatakan pemotongan suku bunga tidak layak dilakukan selama mereka belum yakin jika inflasi bergerak ke arah 2%.
“Kami merasa tidak patut untuk memotong target sasaran (suku bunga) sampai kami merasa lebih percaya diri jika inflasi sudah bergerak menuju target sasaran 2%. Komite sangat berkomitmen untuk membawa inflasi ke target sasaran 2%. Inflasi sudah melambat dalam setahun terakhir, tetapi kami masih memberikan perhatian penuh terhadap risiko inflasi,” tutur pernyataan The Fed dalam situs resmi mereka.
Keinginan pelaku pasar untuk melihat pemotongan suku bunga dalam waktu dekat tampaknya belum akan terwujud. Chairman The Fed, Jerome Powell, dalam konferensi pers, Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, mengatakan jika ekonomi AS saat ini masih sangat kuat.
Dengan ekonomi dan inflasi AS yang masih kuat, Powell menegaskan bahwa The Fed belum cukup percaya diri untuk memotong suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Maret mendatang.
“Berdasarkan pertemuan hari ini, saya ingin mengatakan pada Anda jika saya merasa komite belum mencapai level percaya diri untuk menentukan apakah Maret adalah saat yang tepat untuk itu (pemotongan suku bunga),” tutur Powell dalam konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari CNBC International.